Rawapening itu sendiri dipercaya berasal dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinthing. cerita baru klinting yang berubah menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat dan akhirnya ditolong janda tua ini sudah berlalu. Rawa pening itu sendiri dipercaya
Watu Baru Klinting" Oleh: Lilik Nurcholis. Alkisah, Rawa Pening terjadi karena air yang keluar dari lubang bekas sayembara mencabut lidi yang ditancapkan ke tanah oleh anak dekil bernama Baru Klinting. Baru Klinting adalah jelmaan ular yang gagal melingkari Gunung Telamaya karena kurang satu jengkal sebagai syarat pengakuan sang ayah
AsalUsul Rawa Pening Bagi sebagian masyarakat Jawa Tengah keberadaan legenda Baru Klinting dengan Telaga Rawa Pening, tentunya sudah tak asing lagi. Legenda tersebut konon merupakan perwujudan ular
Iakemudian memamerkan kekuatannya dengan menancapkan sebatang lidi yg disebutnya "Lidi Baru Klinting" dan mengumbar bahwa tidak ada seorangpun di desa itu yg dapat mencabut lidi itu selain dirinya sendiri. Joko menantang orang2 yg merasa kuat dan superior dalam segala hal termasuk kuat harta (orang kaya), orang yg merasa dirinya pintar
Menurutlegenda, Rawa Pening terbentuk dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinthing. Cerita Baru Klinthing yang berubah menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat dan akhirnya ditolong janda tua ini sudah berlalu. Kedatangan Baru Klinting memicu
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Konon Rawa pening dimulai dari sebuah mitos yang turun-temurun diwariskan menjadi sebuah kearifan lokal. Awal mula Rawa Pening dimulai dari Legenda Baru Klinting, yang dikisahkan sebagai anak kecil yang sakti, namun memiliki wajah yang buruk rupa sehingga menjadi bahan ejekan anak sebayanya. Hanya seorang Janda yang mau menerima keberadaan baru Klinting. Suatu saat Baru Klinting berpesan kepada Janda tersebut agar naik lesung "penumbuk padi" disaat mendengar kentongan. Kemudian Baru Klinting menjuju pelataran dan mengadakan sayembara, siapa yang bisa mencabut lidi yang ditancapkannya. Tak satupun anak-anak yang bisa mencabut lidi yang ditancapkan Baru Klinting. Orang dewasa tak mau kalah juga, lalu satu persatu mencoba mencabut lidi tersebut, namun semuanya gagal. Akhirnya Baru Klinting yang mencabut lidi tersebut lalu setelah tercabut keluarlah semburan air yang semakin membesar. Usai mencabut lidi lalu Baru Klinting berlari sambil membunyikan kentongan dan akhirnya semua warga tenggelam dan hanya Janda tersebut yang selamat dengan naik lesung. Genangan airpun meluas dan menjadi sebuah danau yang jernih airnya yang disebut Rawa Pening. Saat ini Rawa Pening menjadi penopang beberapa aspek kehidupan dengan kelimpahan sumber daya alamnya. Sektor wisata, pertanian, pengelolaan energi hingga perikanan sepenuhnya tergantung kepada danau seluas Dikelilingi perbukitan dan berlatar gunung seolah sebagai tandon air yang tak pernah kering. Sawah disekitar danau menjadi bukti, betapa berjasanya Rawa Pening dalam mendukung sektor wisata. Karamba apung dan banyaknya nelayan yang hilir mudik di sisi-sisi danau menunjukan adanya sumber kehidupan dikedalaman air, Di outlet Rawa Pening sudah dihadang sebuah bendungan yang mengubah energi potensial air menjadi listrik dengan turbin-turbin generatornya. Danau dengan sejarah yang panjang, hingga ada bukti nyata kejayaan masa lalu. Disisi utara danau, hamparan besi berjajar kokoh terpancang. Rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Ambarawa dengan Stasiun Tuntang membingkai sisi utara danau. Jikan anda beruntung maka bisa disaksikan Salah satu lokomotif dengan kode B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen melintas dengan kepulan asap hitamnya. Lokomotif langaka hanya tinggal 3 yang masih tersisa di dunia yang saat ini selain di Swiss dan India. Kurang lengkap rasanya jika tidak melirik flora dan fauna yang menghuni Rawa Pening. Salah satu flora yang menjadi buah simalakama bagai perairan Rawa Pening adalah Eceng Gondok Eichornia crassipes. Eceng gondong dengan perkembangbiakan vegetatif menjadi ledakan disaat menutupi sebagian besar permukaan danau. Volume air dapat dengan mudah disedot kepermukaan lewat laju transpirasi yang 7 kali lebih cepat oleh Eceng Gondok, selain itu penetrasi cahaya ke dalam danau juga terhambat. Disisi lain Eceng Gondok dimanfaatkan sebagai kerajinan, pupuk, dan tempat naungan ikan. Untuk keseimbangan ekositem rawa, maka Flora lain seperti Salvinia Salvinia natans, Kangkung Ipomoea reptans, Azola, Hidrilia dan aneka tanaman air menjadi penghuni tetap rawa. Berbagai fauna, seperti Biawak Varanus salvator, burung kuntul Bubulus coromandus, Bulus Cylemis amboinensis, dan beraneka macam ikan air tawar. Mata mungkin akan terpana dengan hilir mudik burung kuntul yang tak canggung melintas diatas perahu nelayan. Andaikata ditelusuri lebih dalam lagi maka beberapa spesies eksotis masih bisa ditemui di danau indah ini. Realitanya 19 anak sungai menjadi masukan air bagi Rawa Pening, dan hanya 1 sungai yang menjadi jalan keluar. Masuknya air yang menuju Rawa Pening bukanlah air sungai yang bersih, namun membawa material-material yang ikut larut dan terbawa arus sungai. Sungai-sungai yang menjadi masukan air Rawa Pening dimanfaatkan oleh masarakat yang tinggal disekitar sungai. Aktivitas rumah tangga hingga pertanian telah berkontribusi menyumbangkan material terlarut dalam perairan sungai yang selanjutnya terbawa arus menuju Rawa Pening. Limbah rumah tangga, seperti deterjen, kotoran, hingga sampah menjadi material yang ditemukan sepanjang sungai. Dari aktivitas pertanian juga memberikan sumbangsih terhadap bahan-bahan pencemar, seperti pestisida, limbah pertanian dan sisa pemupukan yang berlebihan. Kini semua tergantung tangan manusia mau dibawa kemana aliran kelestarian Rawa Pening. Jika tindakan manusia layaknya mitos Baru Klinting yang tidak diterima penduduk dengan ramah dan selalu menyakiti alam dengan segala keberadaanya, niscaya lidi bencana akan tercabut dengan sendirinya. Akankah lidi konservasi ikut akan terus tertanam demi generasi mendatang, atau ramai-ramai dicabut dengan alasan perut dan ekonomi. Di tangan kita lidi tersebut tertancap, niscaya dengan keramahan kita buat generasi mendatang agar tetap bisa menikmati pesona Baru Klinting. foto-foto silahkan mampir dirumah saya Lihat Nature Selengkapnya
Convert hp to watts Please provide values below to convert horsepower metric to watt [W], or vice versa. Horsepower metric Definition The unit horsepower symbol hp is a unit of measurement of power the rate at which work is done. Mechanical horsepower, also known as imperial horsepower, is defined as approximately watts 550 ftlbf/s, while metric horsepower is approximately watts 75 kgfm/s. Boiler horsepower, albeit a less common measurement than either imperial or metric horsepower, is used for rating steam boilers, and is equivalent to pounds of water evaporated saban hour at 212 degrees Fahrenheit, or watts. In addition, when rating electric motors, one horsepower is equal to 746 watts. History/origin The term horsepower was adopted in the late 18th century by James Watt to compare the output of steam engines with the power of draft horses. Watt was titinada the first person to compare the output of horses to that of engines. As early as 1702, Thomas Savery referenced horses when describing the output of an engine. It is believed that Watt built on this idea and introduced the term horsepower, largely in an effort to market his steam engine. The term was later expanded to include other types of output power such as the imperial and metric horsepower measurements commonly used today. Watt Definition A watt Symbol W is the Sang International System of Units derived unit of power. It is defined as 1 joule saban second and is used to quantify the rate of energy transfer. History/origin The watt is named after James Watt, a Scottish inventor. It was first proposed in 1882 by William Siemens who defined it as “the power conveyed by a current of an Ampere through the difference of potential of a Volt.” This was the definition used at the time within the existing system of units. In 1908, the “international” definitions were defined, with Siemens’ definition being adopted as the international watt. These were used berayun-ayun 1948 when the General Conference on Weights and Measures re-defined the watt to absolute units, using only mass, time, and length. 1 absolute watt is equal to international watts. The absolute watt was adopted as the SI unit of power in 1960. Current use As the Sang derived unit of power, the watt in all its multiples and submultiples is used in many applications worldwide from radio transmission to use in the electric power industry. The watt as a unit of power should not be confused with its energy counterpart, the watt-hour and all its multiples/submultiples. Horsepower metric to Watt Conversion Table Horsepower metric Watt [W] horsepower metric W horsepower metric W 1 horsepower metric W 2 horsepower metric W 3 horsepower metric W 5 horsepower metric W 10 horsepower metric W 20 horsepower metric W 50 horsepower metric W 100 horsepower metric W 1000 horsepower metric W How to Convert Horsepower metric to Watt 1 horsepower metric = W1 W = horsepower metric Example convert 15 horsepower metric to W15 horsepower metric = 15 × W = W Popular Power Unit Conversions Convert Horsepower metric to Other Power Units
loading...Kisah Legenda Rawa Pening menyelimuti danau alam seluas hektare di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Foto/SINDOnews/Angga Rosa SEMARANG - Legenda Rawa Pening di wilayah Kecamatan Banyubiru, Tuntang, Bawen dan Ambarawa, Kabupaten Semarang sampai sekarang masih kuat beredar di hari ada ratusan orang yang beraktivitas di danau alam seluas sekitar hektar itu yang menyimpan cerita Legenda Rawa mereka bermacam-macam. Mulai dari mencari nafkah, berwisata hingga menyalurkan hobi memancing. Sejak dulu, Rawa Pening memang menjadi obyek wisata andalan di Kabupaten Semarang. Bisa dipastikan, setiap hari ada wisatawan yang berkunjung. Baca juga Upacara Bendera Petani Rawa Pening, Kibarkan Merah Putih di Tengah Genangan Limpasan Danau Alam Di kawasan Rawa Pening ada beberapa destinasi wisata, antara lain Bukit Cinta yang berada di wilayah Kecamatan Banyubiru, Jembatan Biru di Tuntang, rumah apung di Asinan, Bawen. Sejumlah tempat tersebut kerap dikunjungi untuk berekreasi, para wisatawan yang datang ke Rawa Pening sebagian ada yang kepingin mengetahui kisah Baro Klinting dan legenda terbentuknya Rawa Pening. Berdasarkan cerita sejumlah warga di pesisir Rawa Pening, danau alam itu terbentuk setelah seorang remaja bernama Baro Klinting mencabut lidi yang ditancapkannya di tengah hajatan pesta warga Desa Pathok. Baca juga Rawa Pening Meluap, Puluhan Hektare Sawah di Tuntang dan Banyubiru Terendam Bersamaan dengan itu, muncul air dari lubang bekas tancapan lidi. Air terus membesar dan terjadi banjir. Banjir menenggelamkan desa dan akhirnya menjadi danau yang dikini di kenal dengan nama Rawa 57 warga Desa Rowoboni, Banyubiru menuturkan, berdasarkan cerita turun temurun dari para leluhur, konon legenda Rawa Pening berawal dari kehidupan warga desa di kaki Gunung Telomoyo, yakni Desa Ngasem yang dipimpin oleh Ki Sela Gondang. Kepala desa tersebut dikenal bijaksana. "Ceritanya, Ki Sela Gondang memiliki anak perempuan bernama Endang Sawitri," ujarnya, cerita, kata dia, suatu saat masyarakat Desa Ngasem memiliki hajat menggelar merti desa bersih desa. Namun ada yang harus disediakan warga sebagai tolak bala serta agar hajat tersebut berjalan dengan lancar dan masyarakat desa mendapat keberkahan. Untuk menolak bala dibutuhkan pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara. Kemudian Ki Selo Gondang mengutus putrinya untuk meminjam pusaka sahabatnya itu. Mendapat tugas tersebut, Endang Sawitri segera melaksanakan tugas yang diberikan bertemu dengan Ki Hajar Salokantara, Endang Sawitri kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminjam pusaka. Ki Hajar Salokantara pun meminjamkan pusaka yang dimaksud. Namun sebelum Endang Sawitri pulang, Ki Hajar Salokantara berpesan jangan sampai pusaka itu diletakkan di atas tetapi, di tengah perjalanan Endang Sawitri tanpa sengaja meletakkan pusaka itu di atas pangkuannya. Akibatnya, perut Endang Sawitri sakit. Endang Sawitri juga merasa sering mual-mual. Setelah diperiksa ternyata, Endang Sawitri membuat Ki Sela Gondang bingung. Akhirnya Ku Sela Gondang memohon Ki Hajar Salokantara untuk menilai putrinya. Dengan berat hati, Ki Hajar Salokantara menerima permintaan tersebut dan menikahi Endang Ki Hajar Salokantara bertapa di Gunung Telomoyo. Waktu terus berlalu dan waktu melahirkan pun tiba. Proses persalinan Endang Sawitri ditolong oleh seorang dukun bayi. "Dukun bayi itu, terkejut setelah mengetahui yang lahir ternyata ular naga. Begipula dengan Endang Sawitri, dia juga terkejut ketika melihat anaknya berwujud ular naga," kata ular naga itu diberi nama Baro Klinting seperti nama pusaka milik Ki Hajar Salokantara. Seiring berjalannya waktu, Baro Klinting pun bertumbuh besar. Kemudian Baro Klinting menanyakan keberadaan ayahnya. Endang Sawitri pun menjelaskan ayahnya bernama Ki Hajar Salokantara dan saat itu sedang bertapa di Gunung Baro Klinting meminta izin kepada ibunya untuk menemui ayahnya di Gunung Telomoyo. Permintaan itu pun diizinkan. Endang Sawitri pun membekali Baro Klinting sebuah pusaka sebagai bukti bahwa dirinya anak Ki Hajar itu, Baro Klinting berjalan menuju Gunung Telomoyo. Sesampainya di gunung itu, Baro Klinting bertemu dengan seorang pertapa dan menanyakan keberadaan Ki Hajar Salokantara. Pertapa itu pun terkejut. Akhirnya Ki Hajar Salokantara memberitahu Baro Klinting bahwa dirinya adalah orang yang dicari. Kemudian Ki Hajar Salokantara menanyakan maksud dan tujuan Baro Klinting mencarinya. Ular naga yang bisa berbicara seperti manusia itu pun memberitahukan bahwa dirinya adalah anak Ki Hajar Salokantara. Mendengar pengakuan itu, Ki Hajar Salokantara pun menanyakan bukti yang bisa menyakinkan dirinya. Lantas Baro Klinting menunjukkan pusaka yang diberikan Hajar Salokantara mengakui bahwa pusaka itu benar miliknya. Namun Ki Hajar Salokantara belum yakin. Dia baru yakin jika anaknya bisa melingkari Gunung Telomoyo dengan tubuhnya. Baro Klinting pun langsung melingkari Gunung Telomoyo dan Ki Hajar Salokantara pun mengakui bahwa ular naga itu adalah Baro Klinting diminta bertapa agar dirinya bisa berubah wujud menjadi manusia. Namun di tengah pertapaan, ada sejumlah warga dari Desa Pathok yang sedang berburu dan melihat tubuh ular naga. Mereka pun lantas memotong tubuh ular naga itu dan membawa pulang untuk di bertapa, wujud Baro Klinting pun berubah menjadi manusia. Tetapi pada tubuhnya terdapat luka yang mengeluarkan bau tak sedap. Selanjutnya, Baro Klinting turun gunung dan sampai di Desa Pathok. Di desa tersebut Baro Klinting menjumpai sejumlah warga sedang menggelar pesta yang dipenuhi dengan makanan lezat. Baro Klinting yang saat itu merasa lapar, akhirnya memberanikan diri untuk meminta sedikit makanan kepada warga. Namun warga menolaknya dan mengusir Baro Klinting. Tak hanya itu, warga juga mencaci Baro Klinting yang mengeluarkan bau tidak sedap. Akhirnya Baro Klinting pergi dan berjalanan menyusuri jalan desa. Di tengah perjalanan, Baro Klinting bertemu dengan sorang perempuan tua bernama Nyai Latung dan meminta makanan dan minuman."Nyai Latung menerima Baro Klinting dengan baik dan memberikan makana serta minuman. Selesai makan, Baro Klinting berpesan kepada Nyai Latung untuk menyiapkan lesung dan memintanya untuk naiki lesung jika mendengar suara gemuruh. Setelah itu, Baro Klinting pergi menuju tempat hajatan warga," di tempat itu, Baro Klinting langsung menancapkan lidi di tengah keramaian warga sembari meminta warga untuk mencabut lidi itu. Warga pun menganggap itu sebagai lelucon. Tetapi tidak ada satu pun warga yang bisa mencabut lidi itu. Bahkan sejumlah warga berusaha mencabut secara bersama-sama, namun juga tidak bisa."Akhirnya Baro Klinting mencabut lidi itu dan melemparkannya ke arah Gunung Kendalisada. Seketika itu juga muncul air dari lubang bekas tancapan lidi. Air terus membesar," tuturnya. Baro Klinting pun pergi. Sedangkan air yang muncul dari lubang itu, bertambah besar hingga terjadi banjir. Setelah mendengar suara gemuruh seperti banjir, Nyai Latung langsung naik ke atas lesung dan terapung di atas air. Nyai Latung pun selamat dan sampai ke suatu tempat. Oleh Nyai Latung, desa yang tenggelam diberinama Rawa Pening. "Itu cerita turun temurun yang dengar dari para sesepuh. Dan cerita Baro Klinting, sudah meluas hingga daerah lain," ucapnya. shf
Legenda Baruklinting – daerah Ambarawa Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sumber air telaga berasal dari luberan air bekas cabutan lidi Baru Klinting. Alkisah, hiduplah seorang bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam. Luka itu tak pernah mau kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru, disebabkan memar. Akhirnya, tak ada seorang pun yang mau bersahabat dengannya. Jangankan berdekatan, bertegur sapa pun mereka enggan. Setiap berpapasan mereka pasti melengos. Tak ingin bersinggungan, karena takut tertular. Bocah ini pun mulai berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Hingga kemudian dalam mimpinya, ia bertemu seorang wanita tua yang baik hati. Kelak dialah yang sanggup melepaskan mantera jahat tersebut sehingga ia bisa pulih seperti semula. Akhirnya, tak dinyana tak di duga, dia pun tiba di sebuah kampung yang kebanyakan orang-orangnya sangat sombong. Tak banyak orang miskin di tempat itu. Kalaupun ada, pasti akan di usir atau dibuat tidak nyaman dengan berbagai cara. Kemunafikan orang-orang kampung ini mengusik nurani bocah kecil tadi, yang belakangan diketahui bernama Baru Klinting. Dalam sebuah pesta yang meriah, bocah tersebut berhasil menyellinap masuk. Namun apa ayal, ia pun harus rela di usir paksa karena ketahuan. Saat tengah di seret, ia berpesan agar sudi kiranya mereka memperhatikan orang-orang tak mampu, karena mereka juga manusia. Sama seperti mereka. Di perlakukan begitu ia tak begitu ambil pusing. Namun amarah mulai memuncak, saat puluhan orang mulai mencibir sembari meludahi dirinya. “dasar anak setan, anak buruk rupa”, begitu maki mereka. Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini, kecuali dirinya. Tak percaya dengan omongan sang bocah, masing-masing orang mulai mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, lagi-lagi, lidi itu tak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya orang-orang mulai takut dengan omongan si bocah. “Jangan-jangan akan ada apa-apa?” pikir mereka. Benar saja, dalam beberapa hari, tak ada seorang pun yang sanggup melepas lidi tersebut. Hingga akhirnya, secara diam-diam ia kembali lagi ke tempat itu dan mencabutnya. Seorang warga yang kebetuan lewat melihat aksinya, langsung terperangah. Ia pun menceritakan kisah itu kepada orang-orang yang lain. Tak lama kemudian, tetesan air pun keluar dari lubang tadi. Makin lama makin banyak, hingga akhirnya menenggelamkan kampung tersebut dan membuatnya menjadi telaga. Konon tak banyak orang yang selamat, selain warga yang melihat kejadian dan seorang janda tua yang berbaik hati memberinya tumpangan. Janda ini pula yang merawatnya, hingga secara ajaib, penyakit tersebut berangsur-angsur hilang. Namun penyihir jahat, tetap tak terima, hingga di suatu ketika, Baru Klinting kembali di kutuk. Namun aneh, kali ini kutukan bukan berupa penyakit, tapi malah merubah tubuhnya menjadi ular yang sangat besar dengan kalung yang berdentang pada lehernya. Versi lain menyebutkan, ular ini sering keluar dari sarangnya tepat pukul WIB. Setiap ia bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi; klentang klenting. Akhirnya, bunyi ini pula yang membuatnya di kenal sebagai Baru Klinting. Konon, nelayan yang sedang kesusahan karena tidak mendapat ikan, pasti akan beruntung jika Baru Klinting lewat tak jauh dari tempatnya. Itu yang membuat legenda kehadirannya telah menjadi semacam berkat yang paling di tunggu-tunggu.
* Hutan wisata sumber semenHutan wisata sumber semen berada di desa gading, kecamatan sale. Tepatnya terletk 49 km sebelah tenggara kota rembang. Objek wisata ini sangatlah tepat untuk rekreasi bersama keluarga, pemandangan alamnya indah serta udaranya sejuk. Hutan lindung ini masih alami serta di huni oleh kera, selain itu di hutan wisata ini juga terdapat sebuah gua yang mempunyai nilai historis yakni gia rambut. Wisatawan akan mengetahui secara lengkap mengenai cerita gua rambut ini apabila berkunjung ke objek wisata ini. Di hutan wisata ini juga terdapat lokasi perkemahan, sambil berkemah wisatawan bisa menikmati fasilitas air bersih serta kolam renang yang disediakan di objek wisata ini.* Rawa peningRawa pening mempunyai luas ha ini merupakan objek wisata air dengan perahu-perahu tradisional yang berada di kabupaten semarang. Objek wisata ini berada di kaki gunung merbabu, gunung telomoyo, gunung ungaran serta gunung kendalisodo. Tepatnya terletak di bukit cinta, kecamatan ambarawa berjarak 45 km dari kota semarang. Luasnya mencakup empat wilayah kecamatan yaitu ambarawa. Bawen, tuntang juga banyu biru dari kota ungaran, rawa pening berjarak sekitar 25 legenda, rawa pening merupakan luapan air bah dari bekas cabutan lidi baru klinting. Baru klinting merupakan seorang bocah penuh luka di sekujur tubuhnya serta berbau amis. Tidak ada yang mau berteman dengannya, kecuali seorang janda tua yang mau berada di kerumunan warga kampung yang sombong, dia menancapkan sebatang lidi dan bersumpah bahwa tidak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya, kecuali dirinya. Ternyata benar tak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya. Setelah dicabut oleh baru kelinting, keluarlah air yang makin lama makin besar dan akhirnya menenggelamkan kampung tersebut sehingga menjadi objek wisata rawa pening ada terdapat arena pancing alam dan pembangkit tenaga listrik, di objek wisata tersebut, para wisatawan bisa melihat aktivitas para nelayan serta tanaman enceng gondok yang menutupi permukaan air rawa pening. Lokasi wisata rawa pening ini mudah di jangkau serta dilalui jalur kereta api jurusan kedungjati-ambarawa. Objek wisata ini juga di kelilingi objek wisata lain serta adanya beberapa rumah makan.
bekas cabutan lidi baru klinting